Minggu, 21 Agustus 2016

Manusia yang Berdiri di Persimpangan Jalan

Putih terlalu terang dan hitam terlalu gelap, hari ini Saya berdiri pada persimpangan jalan. Untuk mengucap halo pada seseorang dan mengucap selamat tinggal ketika Ia mulai kembali pada kehidupannya.

Tapi kemudian Saya sadar, hidup bukan hanya mengenai orang lain. Tapi bagaimana Saya sendiri merasa senang. Mungkin saja saat ini Saya sedang berada pada persimpangan jalan orang lain. Mencoba untuk tetap tinggal, dan nyatanya diam-diam Saya beranjak pergi meninggalkan orang tersebut.

Saya belum bisa memilih apakah kanan adalah selalu hal yang baik atau kiri adalah selalu hal yang buruk, seperti saat kecil kita diajarkan bagaimana tangan yang bagus untuk makan. Setahu Saya itu hanya konstruksi. Saya juga tidak tahu apakah putih selalu terang dan hitam selalu gelap seperti yang Saya sebutkan sebelumnya.

Saya bimbang. Tapi yang Saya tahu, Saya sedang jatuh cinta pada diri Saya sendiri. Pada sesuatu yang telah lama terpendam di diri Saya. Kebebasan. Beberapa tahun terakhir, Saya mencoba mencari sendiri apa artinya kebebasan dan pada hari ini Saya puas dengan kebebasan yang Saya definisikan itu sendiri. Menulis dengan liar, bercengkrama dengan jiwa dan pikiran Saya sendiri, berbicara pada seseorang yang mencintai Saya sejak Saya lahir.

Akhirnya, Saya tuliskan tulisan ini untuk siapapun yang mencari di mana Saya berada. Saya masih di sini, di persimpangan jalan kalian. Semoga kalian berkenan tetap dan menjadi kawan Saya dalam pikiran Saya, seperti halnya dua arah yang kemudian akan kembali meski menapak pada jalannya masing-masing, seperti seseorang yang merindukan rumahnya sehingga Ia tahu ke mana harus pulang.